Aku dan Gadis Lugu

by CEMUNGUE EEEAAAA!! , at 09.35 , has 0 komentar

Siang itu pelajaran olahraga berlangsung seperti biasa. Aku bersama teman-teman sekelasku diharuskan untuk berlari-lari kecil mengelilingi sekolah sebagai pemanasan sebelum masuk ke materi pelajaran. Dalam pelajaran ini, aku cukup menonjol dibandingkan siswa-siswa yang lain. Selain karena aku memang sangat menyukai olahraga, fisikku yang atletis serta kuat turut mendukungku dalam melahap setiap materi pelajaran. Ditambah dengan wajahku yang bisa dibilang lumayan, aku sering menjadi pusat perhatian para siswi perempuan di sekolahku. Bahkan saat aku sedang berlari seperti saat itu, banyak para siswi yang mencuri-curi pandang ke arahku sambil berbisik-bisik dengan teman mereka. Memang dengan balutan pakaian olahraga yang ketat, tubuh atletisku semakin nampak membayang di balik bajuku. Tapi aku tidak pernah menghiraukan mereka.

Ketika sedang asik-asiknya berlari, tiba-tiba seorang siswi jatuh terkulai lemas tepat di depanku. Dia pingsan. Dia teman sekelasku, namanya Sukma. Teman-temannya yang sedang berlari bersamanya nampak kaget sambil berteriak panik. Tidak ada siswa lain disana pada saat itu, karena memang rata-rata mereka semua sudah berada jauh di depan. Aku sendiri sudah satu putaran lebih dulu daripada mereka. Karena tidak ada siswa lain yang ada disana pada saat itu, aku pun berinisiatif untuk menghampiri mereka.

"Sukma kenapa?" Tanyaku.
"Iya, nggak tahu nih, Ray. Kayanya sih dia belum sarapan, jadi pingsan gini pas disuruh lari.." Jawab salah seorang temannya.
"Oo.. Sini, biar gua bawa dia ke UKS ya. Gimana?"
"Iya, Ray, kita nggak kuat ngangkatnya. Tolong ya…"
"Oke, kalian lanjutin aja larinya, biar gua gendong dia ke UKS. Nanti Pak Bejo marah loh kalau kalian nggak nyampe-nyampe."
"Beneran nih nggak apa-apa? Kita emang udah telat satu putaran nih.."
"Iya, bener"

Akhirnya teman-teman Sukma pun melanjutkan lari mereka. Tinggallah aku berdua dengan Sukma yang tengah tidak sadarkan diri. Sebenarnya aku sendiri tidak yakin apakah aku bisa menggendong Sukma sendirian. Tapi aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi pahlawan bagi orang yang diam-diam aku sukai ini. Segera saja aku menggendong Sukma menuju UKS. Ternyata dia tidak seberat yang aku pikirkan. Sepanjang perjalanan, banyak teman-temanku yang bertanya kepadaku, yang selalu kujawab dengan, "dia pingsan, ini mau gua bawa ke UKS."

Sesampainya di UKS, ternyata guru dan siswa piket sedang tidak ada di tempat. Memang saat itu bukan jam istirahat, sehingga mereka pasti sedang berada di kelas masing-masing. Segera saja kurebahkan Sukma di sebuah tempat tidur yang ada disitu. Nampak bulir-bulir keringat membasahi wajah serta tubuhnya. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan terhadap orang yang sedang pingsan. Jadi aku belai-belai saja rambutnya sambil mengipasinya dengan buku yang ada di samping tempat tidurnya, berharap dia bisa segera siuman. Sambil terus mengipasinya, kutatap wajahnya. Dia tampak sangat manis meskipun tengah tidak sadarkan diri. Rambutnya yang sebahu, hidungnya yang mancung serta bibirnya yang tipis membuatku ingin sekali memilikinya. Saat kulepas kacamata yang ia gunakan, ia tampak semakin imut. Ah, andai saja aku berani untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya. Tanpa sengaja, pandanganku beralih dari wajahnya ke tubuhnya. Tubuh yang nampak imut dan masih seperti anak kecil itu terlihat basah oleh keringat. Tiba-tiba ada sebuah keinginan yang menuntunku untuk melihat ke arah dadanya. Seketika itu pula aku menelan ludah. Tidak pernah kusadari sebelumnya kalau Sukma ternyata memiliki sepasang payudara yang begitu kencang dan indah. Bahkan dalam posisi telentang, kedua payudara Sukma tampak membusung ke atas seolah melawan hukum gravitasi. Seketika celanaku menyempit. Terbayang olehku alangkah enaknya bila aku bisa meremas-remas serta menghisap-hisap sepasang payudara itu. Tapi segera kubuang jauh-jauh pikiran kotorku itu. Bagaimanapun dia hanyalah seorang gadis lugu dan polos, dan itulah yang membuatku suka padanya.

Tak lama kemudian, datanglah guru piket, Bu Teti ke ruangan tersebut. Rupanya teman-teman Sukma yang tadi berlari dengannya telah menceritakan apa yang terjadi kepada Bu Teti. Aku lega, karena sedikit saja lebih lama aku berduaan dengan Sukma, aku tidak tahu apakah aku masih bisa mengendalikan diriku atau tidak. Segera saja aku pamit kepada Bu Teti dan aku pun langsung kembali bergabung dengan teman-temanku di lapangan.

Setelah kejadian itu, hari-hariku berjalan seperti biasa. Sampai beberapa hari setelah kejadian tersebut, sebuah peristiwa yang mengejutkan terjadi. Pada siang itu, seperti biasa, Pak Amin sedang memberikan rumus-rumus integral kepada kami. Di tengah-tengah pelajaran, aku meminta izin kepada beliau untuk pergi ke kamar mandi, karena memang zat-zat sisa di dalam tubuhku sudah meminta untuk dikeluarkan. Saat sedang berjalan menuju kamar mandi, aku berpapasan dengan Sukma. Kami pun saling melemparkan senyum. Aku pun melanjutkan perjalananku menuju kamar mandi.

Sesampainya di kamar mandi, segera saja kubuka resletingku dan kukeluarkan kemaluanku. Belum sempat kukeluarkan air seniku, tiba-tiba aku dikejutkan oleh kehadiran sepasang tangan lembut yang langsung memegangi kemaluanku dari belakang. Sukma!!! Rupanya dari tadi dia membuntutiku, tapi bagaimana bisa aku tidak menyadarinya??!!

 

Aku terdiam mematung ketika Sukma dengan lihainya membelai-belai ujung kemaluanku. Jemarinya yang lentik terus mengelus-ngelus bahkan terkadang meremas-remas kemaluanku. Diperlakukan seperti itu, aku pun semakin tidak tahan untuk mengeluarkan air seniku. Akhirnya cairan itu pun keluar, membasahi kedua tangan Sukma serta sebagian celana bagian depanku.

"Yaah.. kamu nakal ah, Ray.. jadi basah kan tanganku.." Kata Sukma.
"Ma… ma.. maaf.. Tapi Sukma, apa yang tadi kamu lakuin sama aku..?" Sahutku terbata-bata sambil berbalik menghadapnya.
"Aku cuma mau bales kebaikanmu tempo hari.. Emang kamu kira aku nggak sadar waktu kamu belai-belai rambutku..? Emangnya kalau orang pingsan harus dibelai-belai ya rambutnya?" Katanya sambil tersenyum genit.
"I.. iya.. a.. aku sebenernya udah lama…"

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Kami pun melonjak kaget. Sukma langsung buru-buru masuk ke bilik untuk bersembunyi, sementara aku langsung berbalik menghadap kembali ke kloset berdiri. Rupanya Joni yang masuk ke kamar mandi.

"Ada orangnya ya?" Tanya Joni ketika mencoba untuk membuka pintu bilik dimana Sukma sedang bersembunyi.
"I.. iya, dari tadi."
"Ya udah deh, gua kencing disini aja." Timpal Joni sambil berjalan menuju salah satu kloset berdiri. Di kamar mandi pria sekolahku, bilik yang tersedia memang hanya satu, sementara sisanya merupakan kloset berdiri.

Aku pun berpura-pura mengosongkan kantung kemihku, agar Joni tidak curiga kalau aku berlama-lama disini. Tak lama kemudian, ia pun keluar dari kamar mandi setelah selesai membuang air seninya. Setelah terdengar bunyi klik pintu ditutup, segera saja Sukma melompat keluar dari dalam bilik. Aku sampai terkejut dibuatnya.

"Fiuh.. ampir aja ya.. Nah, sekarang kamu bisa lanjutin kata-katamu yang tadi, Ray.."
"Ya.. yang tadi yang mana..?"
"Tadi kamu bilang kalau udah lama kamu… apa hayo…?"
"Oh, itu… sebenernya, aku tuh udah lama…", aku menelan ludah, mengumpulkan keberanian. Kupejamkan mataku. Ayo, Ray. Ini adalah kesempatan untuk ngungkapin perasaan lo sama dia, seruku dalam hati.

Namun belum sempat kulanjutkan kata-kataku, aku dikejutkan oleh remasan Sukma pada kemaluanku. Dia pun segera berjongkok di depanku, sehingga wajahnya kini berada tepat di depan celanaku yang resletingnya belum sempat kututup, sejajar dengan kemaluanku. Dengan sekali gerakan, ia mengeluarkan kemaluanku dari dalam tempat persembunyiannya, dan ia pun melakukan hal yang selama ini bahkan tidak pernah terlintas di pikiranku; ia memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya yang mungil itu.

"Sukma… a..", ditaruhnya telunjuk kanannya di bibirku, seolah memberi isyarat kalau aku tidak perlu berkata apa-apa lagi.

Harus kuakui, aku sangat menikmati setiap detik ia bermain dengan kemaluanku. Ini memang untuk pertama kalinya kemaluanku disentuh dan dilihat oleh orang lain. Bagai menemukan sebatang permen yang sangat menarik hati, Sukma menjilati seluruh permukaan kemaluanku seolah ia sudah tidak sabar untuk segera melahapnya. Dengan wajah ceria, ia terus menjelajahi setiap jengkal kemaluanku. Mulai dari ujung kemaluanku, turun ke batang, sampai ke pangkalnya. Ia menjilati area pangkal kemaluanku agak lama, memberikan sensasi geli dan nyaman pada saat yang bersamaan. Setelah puas menjilati setiap jengkal kemaluanku, ia pun membuka mulutnya lebih lebar. Kemaluanku yang telah berdiri sempurna pun segera dilahapnya. Seluruh permukaan kemaluanku kini telah berada di dalam mulutnya. Ia pun memaju – mundurkan kepalanya, sehingga kemaluanku keluar – masuk dari mulutnya. Sambil melakukan hal itu, sesekali ia menghisap ujung kemaluanku. Pada hisapan yang pertama, ia agak lama melakukannya, memberikan sensasi yang luar biasa nikmat. Dengan gemas ia sesekali memberikan gigitan – gigitan kecil pada batang kemaluanku. Memang pada dasarnya aku masih sangat hijau dalam hal seperti itu, sehingga hanya dalam waktu kurang dari dua menit aku sudah merasakan kemaluanku mulai berkedut-kedut, pertanda bahwa ia tidak kuat lagi menerima rangsangan yang Sukma berikan kepadanya. Menyadari hal tersebut, Sukma mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya dan melanjutkan rangsangannya hanya dengan mengocok – ngocok kemaluanku dengan menggunakan tangan kanannya. Akhirnya beberapa detik kemudian air maniku pun menyemprot keluar, disertai dengan gerakan Sukma yang langsung berusaha untuk menghindar agar tidak terkena semprotannya. Lalu, tanpa bicara sepatah kata pun, ia langsung berdiri dan bergegas meninggalkan kamar mandi, meninggalkan aku sendirian merasakan sisa-sisa kenikmatan yang ia berikan kepadaku beberapa menit yang lalu.

Setelah kejadian itu, entah mengapa, Sukma tampak selalu mencoba untuk menghindariku. Di sekolah, setiap kali aku berusaha untuk menyapanya, ia akan menundukkan wajahnya dan berjalan cepat menjauhiku. Aku bingung dibuatnya. Dalam hati, aku merasa tidak nyaman dengan sikapnya terhadapku. Aku jadi merasa bersalah kepadanya. Aku jadi sering menyalahkan diriku sendiri, mengapa pada saat itu aku tidak kuasa untuk menolak perlakuannya kepadaku. Kalau saja, waktu itu aku bisa mengatakan tidak kepadanya… Aku memang terjebak dalam lautan nafsu, sehingga tidak dapat berpikir dengan jernih. Tapi sebenarnya itu juga bukan salahku, batinku. Mana aku tahu kalau tiba-tiba ia datang dan melakukan semua itu.. Ini salahnya juga, belaku dalam hati.

Dalam periode ketidakpastian itu, sebuah masalah baru datang menghampiriku. Pada suatu pagi, aku mendapatkan sebuah sms dari Friska, teman seangkatanku yang berbeda kelas denganku. Isinya:

Aku tahu apa yang kamu dan Sukma lakuin di kamar mandi. Aku tunggu di kelas pulang sekolah nanti kalau kamu nggak mau cerita ini kesebar n ketahuan sama anak – anak

Aku bingung dibuatnya. Aku tidak menyangka ada orang lain yang mengetahui apa yang kami lakukan pada hari itu. Belum selesai masalah yang satu, datang lagi masalah yang lain, batinku. Aku hanya dapat berharap – harap cemas, semoga Friska tidak menceritakan mengenai apa yang kami lakukan kepada orang lain.

 

Sepulang sekolah, aku terpaksa menunggu Friska di kelasnya. Daripada skandalku ketahuan sama anak–anak, batinku. Sebenarnya aku tahu kalau Friska menaruh hati kepadaku. Sudah lama teman-teman kami berusaha menjodohkan kami berdua. Bahkan kami dijuluki calon pasangan yang serasi; yang laki–laki tampan serta bertubuh atletis, sementara yang wanita cantik menawan serta bertubuh indah bak model profesional. Harus kuakui, Friska memang sangat cantik. Wajahnya merupakan perpaduan antara wajah Asia Timur dan Eropa, dengan bola mata berwarna hitam kecoklatan, bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, serta bibir yang tipis dan seksi, membuat setiap pria pasti ingin berlama-lama menikmati setiap lekuk wajahnya. Kesempurnaan wajah tersebut kemudian ditopang dengan keindahan tubuhnya yang seolah memang sengaja Tuhan ciptakan untuk menggoda kaum Adam. Tubuhnya memang ramping namun padat. Belum lagi ukuran payudaranya yang tergolong besar namun kencang, yang selalu menarik perhatian para lelaki, menjadikan Friska sebagai primadona di sekolahku. Dan primadona itu ternyata menaruh hati kepadaku.

Apakah aku beruntung? Tidak juga. Terus terang, aku tidak suka dengan sifatnya yang egois dan kurang bisa menghargai orang lain. Mungkin karena dia merasa bahwa dia bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan hanya dengan kecantikkannya, dia menjadi orang yang sombong. Dia menganggap tidak ada orang lain yang berhak untuk berada satu level dengannya, kecuali sahabat-sahabatnya yang memang berasal dari keluarga berada. Pernah suatu hari dia membentak – bentak seorang siswi hanya karena siswi tersebut berjalan mendahuluinya. Sungguh keterlaluan memang. Entah apa yang akan dia lakukan terhadap Sukma setelah dia tahu bahwa gadis itu telah merenggut keperjakaan kemaluan pria yang disukainya. Yang jelas, aku tidak akan membiarkan ia menyentuh bahkan menyakiti Sukma, apapun yang terjadi.
Sudah sekitar setengah jam lamanya aku menunggu kehadiran Friska sendirian di kelas itu, namun dia belum juga datang. Di luar, suasana sekolah sudah tampak semakin sepi. Hanya tinggal beberapa siswa yang masih memiliki kegiatan ekstrakurikuler sajalah yang tampak masih berseliweran. Beberapa orang pengurus OSIS juga masih terlihat sedang bercengkrama di depan ruang OSIS. Dari posisiku yang sekarang, aku dapat melihat dengan jelas kalau ruang guru sudah tampak semakin sepi setelah para penghuninya satu per satu pergi meninggalkan ruangan menuju rumah masing-masing. Di saat aku sedang menikmati suasana sekolah yang mulai sepi, tampak olehku seorang siswi yang tengah berjalan dengan pelan menuju ke arah kelas dimana aku berada. Ya, itu Friska. Dia hanya sendiri, tanpa dikawal oleh para sahabatnya yang biasanya selalu setia menemaninya kemana-mana. Sesampainya di kelas, ia langsung berjalan menuju ke arahku. Tepat satu meter dariku, dia kemudian berhenti. Posisiku sendiri saat itu sedang duduk di atas kursi menghadap ke arahnya.

"Ray…." Katanya pelan.
"Fris.. Sebenernya apa sih yang kamu… emph" Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Friska sudah berlari ke arahku dan langsung memelukku. Tentu saja saat itu aku tengah dalam posisi duduk dan dia berdiri, sehingga dia hanya dapat memeluk kepalaku, sementara wajahku sepenuhnya terbenam di dadanya, atau lebih tepatnya lagi, di kedua gumpalan payudaranya. Cukup lama kami berada dalam posisi itu, hingga pada akhirnya Friska mengatakan sesuatu.

"Kamu kenapa sih, Ray… kalau kamu mau, aku bisa ngelakuin itu buat kamu.. kapan aja kamu mau… kenapa kamu harus minta Sukma buat
ngelakuin itu buat kamu…?" Friska berkata lirih. Suaranya bergetar.

Aku berusaha untuk menjawab pertanyaannya, namun pelukan Friska di kepalaku semakin kencang, sehingga membuat wajahku semakin terbenam di kedua payudaranya, membuatku tidak dapat berkata apa – apa. Diperlakukan seperti itu, otomatis kemaluanku mengeras dan menekan-nekan lutut Friska. Menyadari hal tersebut, Friska mulai mengendurkan pelukannya. Salah satu tangannya kemudian turun dan mulai mengelus – ngelus kemaluanku dari luar celana.

"Friska… Jangan.. Nanti ketahuan.." Kataku berusaha mencegah tangannya untuk bergerak lebih jauh lagi.
"Biarin aku ngelayanin kamu, Ray… aku juga pengen kaya Sukma yang bisa ngasih kamu kepuasan…" Sahut Friska. Hei, aku melihat ada yang tidak biasa pada wajahnya. Tampak bulir-bulir airmata mulai berjatuhan membasahi pipinya.
"Aku mau jadi satu-satunya orang yang bisa ngasih kamu kepuasan, Ray.. tapi semuanya buyar karena Sukma.." Sambungnya sambil mengeluarkan kemaluanku dari dalam celana. Kini terlihatlah sudah kemaluanku yang sudah sangat keras dan berdiri dengan tegaknya. Sambil tangannya terus membelai-belai kemaluanku, airmatanya terus mengalir sehingga berjatuhan menetesi kemaluanku. Aku hanya dapat terdiam. Sedalam itukah rasa sayang Friska terhadapku?

"Friska, kamu salah paham. Aku nggak pernah minta Sukma buat ngelakuin itu. Dia datang tiba-tiba dan terjadilah semuanya…" Kataku.
"Bener, Ray…?" Tanya Friska. Suaranya semakin bergetar.
"Ya." Jawabku.

Mendengar jawabanku, senyum Friska mulai mengembang. Ia pun mulai mengusap airmata di pipinya. Yang terjadi kemudian sungguh tidak terduga. Ia mulai membuka kancing baju seragamnya satu per satu. Melihat hal itu, aku pun berusaha untuk mencegahnya.

"Friska, nanti ketahuan sama orang lain. Kancingin lagi baju kamu."
"Biarin, Ray.. Biarin mereka tahu kalau aku sedang merasa bahagia sekarang. Aku lega setelah tahu yang sebenarnya. Sekarang biar aku puasin kamu, Ray…" Katanya sambil menyingkapkan branya ke atas. Kini tampaklah olehku sepasang payudaranya yang besar dan kencang, tanpa tertutup sehelai benangpun. Tak pernah kusangka sebelumnya, seorang Friska yang sangat angkuh dan sombong mau melakukan semua ini untukku.

"Ka… kamu yakin, Friska…?"

Tanpa menjawab pertanyaanku, Friska langsung menarik kepalaku dan membenamkan wajahku ke kedua belah payudaranya. Tangannya pun kembali bergerilya memainkan kemaluanku. Terkadang ia mengelus, meremas, bahkan mengocok. Diperlakukan seperti itu, nafsuku pun naik sampai ke ubun-ubun. Sambil menikmati permainan tangan Friska di kemaluanku, aku mulai aktif bergerak. Tangan kiriku mulai bergerak naik meremas-remas payudara kanan Friska, sementara tangan kananku meremas-remas pantanya yang padat dan kenyal. Tidak ketinggalan lidahku yang mulai menjilati puting kiri Friska. Kupraktekkan semua yang pernah aku lihat di film-film dewasa koleksiku. Mulutku mulai menghisap-hisap payudara kirinya, sementara tangan kiriku memilin-milin puting kanannya. Nafas Friska pun semakin memburu menikmati perlakuan yang aku berikan terhadap kedua payudaranya. Sesekali terdengar desahan pelan dari bibirnya. Sungguh seksi sekali. Semakin aku menikmati permainanku dengan Friska, semakin aku tidak tahan untuk mengeluarkan air maniku. Kemaluanku pun mulai berkedut-kedut. Menyadari hal itu, Friska semakin mempercepat kocokannya di kemaluanku. Hingga akhirnya beberapa detik kemudian, cairanku pun menyemprot keluar, membasahi sebagian rok seragam abu-abunya. Dengan penuh rasa puas, kutatap wajahnya. Kunikmati senyumannya. Lalu secara refleks, kutarik kepalanya mendekat ke arahku, dan kudekatkan bibirku ke bibirnya. Kami pun berciuman dengan sangat lembut dan hangat. Entah mengapa, pada saat kami berciuman aku merasa menjadi satu dengannya. Seketika itu pula hilanglah semua penilaian negatifku terhadapnya.

Setelah kejadian sore itu, secara tidak resmi kami pun berpacaran. Di sekolah, tatapan-tatapan iri dari para siswa yang lain selalu menyertaiku setiap kali aku berjalan berduaan dengannya. Ternyata setelah aku mengenalnya, dia merupakan pribadi yang menyenangkan. Dulu dia sombong dan egois karena dia merasa bahwa dia sendiri dan tidak ada yang mau mengerti dirinya. Kedua orangtuanya bercerai pada saat ia berumur enam tahun. Saat ini ia tinggal bersama ayahnya. Itupun ayahnya tidak pernah ada di rumah karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Para sahabat yang selalu setia menemaninya juga ternyata hanya menginginkan hartanya, bukan persahabatan yang tulus dengan dirinya. Itulah mengapa ia selalu merasa iri dengan orang lain yang memiliki seseorang yang bisa untuk diajak berbagi, entah itu pacar, teman, atau sahabat. Dan itulah yang membuat ia menjadi pribadi yang egois. Namun, sifatnya itu perlahan berubah setelah ia berpacaran denganku. Kini ia merasa memiliki seseorang yang bisa diajak untuk berbagi. Mengetahui hal tersebut, aku pun bertekad dalam hati untuk selalu menjaga serta menemaninya, apapun yang terjadi.

Namun, meskipun kini rasa sayangku terhadap Friska mulai tumbuh, aku masih saja sering memikirkan Sukma. Biar bagaimanapun aku memang menyukainya. Aku menyukai sifatnya yang ceria dan ramah terhadap semua orang. Aku juga suka penampilannya yang kekanak-kanakan. Diam-diam, aku masih berhasrat untuk bisa memilikinya. Namun aku sadar, kini aku sudah bersama Friska. Aku harus bisa menghormati dan menghargainya. Aku pun membuang jauh-jauh keinginanku itu. Aku mencoba untuk melupakan semua rasa sayangku terhadap Sukma, hingga pada suatu malam, sebuah peristiwa yang kelak benar-benar akan menjadi sumber dari semua permasalahan pun terjadi..

 

 
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

faisal 25 May, 2013


-
Source: http://teman-onani.com/aku-dan-gadis-lugu/
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Aku dan Gadis Lugu
About
Aku dan Gadis Lugu - written by CEMUNGUE EEEAAAA!! , published at 09.35, categorized as Cerita Sex . And has 0 komentar
0 komentar Add a comment
Bck
Cancel Reply