Birthday Adventure

by CEMUNGUE EEEAAAA!! , at 05.03 , has 0 komentar

Beberapa tahun lalu saya sempet ikutan kompetisi Adventure yang
diadakan sebuah perusahaan rokok. Ketika itu saya terpilih jadi satu
diantara 50 finalis dari 75000 peserta, akhirnya 10 mengundurkan diri
tinggal 40. Walaupun saya tidak menang seleksi tapi saya memenangkan
hadiah yang lebih oke buat saya, yakni salah ceorang cewe promo girl
perusahaan tsb (sebut saja si Dian). Ini buktinya topnya cewek Ibukota.
Beruntunglah para pejuang aktivitas penis yang tinggal di ibukota
negara tercinta ini.

Awal pertama saya melihatnya ialah di restoran tempat semua petualang
berkumpul sebelum diberangkatkan menuju lokasi seleksi di kawasan hutan
lindung di Jabar. (sorry gak boleh spesifik takut ketahuan belangnya
hehe). Ketika itu tugas Dian adalah membagikan kaos dan aksesoris
perlengkapan petualang lainnya. Pertamanya sih saya tidak terlalu
memperhatikannya karena emang banyak banget promo girls yang
cakep-cakep di acara itu. Mana semua pakai celana pendek dan kaos ketat
pendek lagi. Bagi saya waktu itu pemandangan begini jarang banget deh
(kan gue anak kampung). Rata-rata tinggi semampai (min.162cm), putih
mulus dan berambut panjang yang diikat pony tail di belakang topinya.
Pakai sepatu olahraga bermerk semua dengan kaos kaki pendek putih.
Ketika itu saya baru aja nyampai dari Gambir dengan tas ransel berat
plus sepatu boot lapangan saya jadi capai banget. Sambil leyeh-leyehan
saya ngeliatin postur mereka yang emang aduhai banget, rata-rata
keliatan udelnya dikit, dan putih mulus licin. Saya yakin bukan saya
saja yang konak ngelihat pemandangan itu tapi semua lelaki petualang di
restoran itu. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh sapaan suara halus serak,
“Halo, abang Jaya yah, dari Yogya?”, Dian menyapa.
“Eh, hooh mbak”, jawab saya gugup karena mendadak ada bidadari cantik
putih di depan ku. Kulihat tubuhnya sintal juga, pasti beratnya lebih
dari 50 kg (tinggi sekitar 165-an). Atau mungkin pengaruh kaus ketatnya
itu. Udelnya keliatan separuhnya, perutnya langsing licin juga. Kakinya
jenjang berisi dengan paha yang sedikit lebih gede dibanding betisnya
(tidak kurus gitu). Betisnya mengkilap licin.
“Ini tolong diisi ya, mas!”, sambungnya membuyarkan lamunanku. Dian
menyodorkan selembar kertas berisi perjanjian yang menyatakan
kesediaanku menanggun semua risiko, termasuk kematian! Wah, karena yang
nyodorin bidadari ya langsung aja saya tanda tangani (di akhir seleksi
pahaku sempat robek kecil 10cm).
“Oke, bawa sini”, jawabku mantab. Setelah itu saya berbasa basi dan
berkenalan. Ternyata ia pernah di Yogya juga, ia peranakan Jawa-Cina
-Padang. Mungkin karena itu ia menjadi LO saya dan beberapa rekan
Jateng. Kemudian ia pamit sebentar mengambilkan perlengkapan untukku.
Pagi itu ia menemani makan pagi sambil mendengarkan briefing serta
cerita petualang tahun lalu yang sempat patah kaki tapi lolos seleksi.
Asyiknya makan diruangan yang penuh bidadari dan sesama petualang.
Serasa mau berangkat perang. Pagi itu sarapan enak kita terakhir sampai
akhir minggu itu. Setelah itu kita harus berpisah dengan bidadari
Liaison Officer kita dan naik bus menuju lokasi. Di tengah jalan kita
dibentaki untuk pindah naik truk gerobak untuk melalui jalanan kasar
menuju base camp. Rupanya panitia menyewa tentara untuk menguji kita.
Ah, siapa takut. Yang penting nanti ketemu Dian lagi begitu pikirku (ah
tapi bukan cinta at first sight lho).

Sesampainya di base camp kita diperintahkan meninggalkan ransel dan
mempersiapkan peralatan trekking. Kubawa kompas dan senter, tak lupa
laken air serta sebatang coklat. Kemudian kita dibawa oleh perahu
melintasi danau dan dilepas di tengah hutan. Hari mulai gelap, tugas
kita mencari jalan pulang ke base camp dibantu peta buta. Sial juga,
malam itu saya sempat tersesat sendirian, mana kaki terkilir terpeleset
di tebing. Setelah itu saya berdoa, akhirnya saya berhasil sampai
pulang ke base camp jam 2 pagi. Total perjalanan ca 20 km.

Hari-hari berikutnya penuh dengan berbagai even uji ketangkasan baik di
air maupun darat. Dengan tanpa peralatan sampai ke kendaraan offroad.
Persahabatan sejati antar petualang memungkinkan kita untuk survive,
baik ketika kita kelaparan di tengah hutan maupun saat kita terluka.
Untungnya dokternya cantik, jadi kita berebut untuk bisa menemuinya.
Saya yang robek pahanya terjatuh dari motor sempat pula dielus-elus bu
dokter cantik, tapi gak ada konaknya lha pakai alkohol kan perih. Beda
deha ama cerita sunatan terus to’olnya disuntik alkohol tempo hari.
Gila aja tuh cerita. S&M kali ya?

Kembali ke cerita akhirnya selesai juga seluruh even melelahkan itu.
Puncaknya ialah hari terakhir berenang lintas danau diteruskan trekking
lari cross country (total 25 km-an). Malamnya kita berbarbeque di
pinggir danau sekaligus perpisahan. Saya masih ingat hari itu adalah
hari ulang tahun saya. Malam itu datanglah sejumlah bos beserta seluruh
LO kita yang cantik-cantik. Lumayanlah penyegaran setelah semingguan
dikerjain ama mas-mas sangar berambut cepak. Seperti bisa ketebak,
malam itu saya bertemu Dian.

Dian dan teman-temannya masih memakai seragam promo girlnya yang seksi
itu. Maklum para bos kita kan rada kejam juga sama karyawatinya, pakai
mini lah baju seksilah, ayo LSM wanita protes dong eksploitasi ini.
Anyway, malam itu saya mengambil daging sebanyak mungkin agar bisa jadi
energi untuk keesokan harinya. Kuhampiri Dian untuk menawarkan jaket
dekilku, gentleman kan?, mulanya kupikir ia akan menolak karena jijay,
eh ternyata ia mau, entah karena malam emang dingin banget atau ia
emang pingin nunjukin niat berdekatan denganku. Yang jelas jaket perang
koreaku menjadi pahlawan malam itu. Ketika malam makin larut dan para
bos pulang ke Jakarta (promo girlsnya pada nginep karena esoknya
bantuin jadi water girls, itu yang bagiin minuman di jalan) akhirnya
saya dan Dian mojok berdua. Kayaknya dia emang respon baik ke saya.
Bahkan sambil bergurau ia sempat mengelus jenggotku yang beberapa hari
tak kucukur. Orang hutan katanya.
“Eh, Dian, aku hari ini ulang tahun lho, ke 21″, kataku sambil bermuka
sedih.
“Oh ya, wah selamat ya, tapi kasihan ya”, jawabnya.
“Lho, kenapa emangnya?”
“Kan, harusnya dirayain di tempat romantis sama yayangnya” katanya
sambil melirikku manja.
“Hehe, nah ini lagi ngapain”
“Maksudnya?”, tanyanya dengan muka lucu.
“Ya kan aku sedang ditemenin yayangku di tengah alam bebas dan
diterangi pijar api unggun di kejauhan, kurang romantis apa coba?”
“Ah, mas Jay bisa aja ngegombal”, katanya sambil mencubitku gemas, tapi
emang bener sih gombal. Gombal dikit gak pa pa. Yang penting kan bukan
untuk nyakitin hati cewek. Yang jelas seiring larutnya malam kita makin
akrab. Sampai ke,
“Dian mau ngasih kado apa nih buat aku?”, tanyaku.
“Hmm, apa yah, ikut aku deh”, katanya sambil berdiri, digenggamnya
tanganku. Halus benar dibanding telapak tanganku yang tertempa tali
tampar, bebatuan tebing, dayung dan kendali kendaraan. Berdua kita
menyusuri jalan setapak menuju base camp sampai pada suatu kesempatan
kita berbelok memasuki rerimbunan. Untung malam itu bulan bersinar
terang sehingga cukup menerangi langkah kita. Pikiranku udah sangat
ngeres sampai akhirnya kita berhenti pada segerumbul bunga sepatu. Dian
memetik tiga buah dan memberikannya padaku. Setelah kuucapkan terima
kasih, kuambil satu lalu kuselipkan pada telingaku. Dia tertawa. Lalu
satu kuselipkan pada telinganya, cantik sekali dia. Yang sebatang lalu
kugigit, lalu kuberlutut dan mencium tangannya. Dian tertawa renyah
karena kelakuanku. Lalu ditariknya aku berdiri. Tiba-tiba ia merangkul
pundakku lalu mencium bibir ku yang menggigit bunga. Setelah itu
diambilnya bunga itu lalu ia kembali menciumku. Kali ini bukan sekedar
kecupan namun kusambut dengan kuluman hangat bagai sepasang kekasih.
Tercium bau rambutnya yang wangi serta kontras denga bau jaket koreaku
yang kecut. Kususupkan tanganku di punggungnya sambil sesekali
menggigit lembut bibirnya. Terasa dada padat kenyalnya lembut menekan
dadaku, terasa hangat di dalam dinginnya malam di daerah perbukitan
ini. Kurebahkan tubuhnya perlahan di atas tanah lalu tanganku mulai
nakal menjelajah memasuki t-shirt ketatnya, dari perut lalu naik ke
susunya yang ber-BH katun elastis tipis. Nampak Dian juga menikmati,
membuatku semakin berani menjelajah kebalik BH-nya dan meremas
bongkahan daging indah itu lembut namun mantap.

Malam itu tidak terjadi keseruan apapun. Maklum esoknya hari yang
melelahkan buat saya. Namun Dian berjanji apabila saya berhasil selamat
sampai finish ia akan memberiku hadiah yang lebih spesial. Karena
ucapannya sambil melirik dan tersenyum nakal maka pikiran jorokku sudah
ke mana-mana.

Keesokannya lomba dimulai jam 6 pagi, kita berangkat dengan perahu ke
seberang danau. Startnya dilakukan dari atas sebuah bukit. Kita harus
naik ke sebuah tebing 75m dengan scrambling lalu menuruni disisi lain
dengan rappeling, lalu mencebur ke air danau berenang sejauh 4 km ke
seberang danau lalu lari lintas hutan sampai finish.

Singkat aja saya berhasil selesai di urutan ke lima (namun karena saya
pernah gagal di nomor MTB, akibat keseleo di malam pertama, akhirnya
saya gagal seleksi). Saya sempat bertemu Dian ketika keluar dari danau,
sambil memberiku segelas air ia sempatkan mencium pipiku sambil
berbisik,
“Ingat hadiah istimewanya lho, Jay”. Beberapa kawannya sempat nyorakin
tapi Dian senyum aja cuek, akhirnya saya memulai cross country dengan
hati damai dan ****** siaga. Itulah hebatnya wanita, bisa membuat
sebagian otot kita melembut sekaligus otot lain menegang. Sesampainya
di finish, saya celingukan mencari bidadariku yang memberiku semangat
sehingga saya berlari bak diuber anjing. Entah kenapa, sebetulnya ada
banyak promo girl cantik sexy yang ngasih air dan mengguyur kita
sepanjang lintasan namun yang ada di benakku hanya Dian dan tubuh
sintal hangatnya. Setelah agak lama duduk di bawah bivak peneduh
akhirnya datang sebuah jip yang mengangkut beberapa promo girl.
Kaki-kaki mulus berlompatan turun dari mobil, hingga ke sepasang kaki
mulus terbalut Reebok putih biru tua. Dian!!!

Dengan cepat Dian melangkah menuju saya dengan senyum lebar dan tangan
terbentang. Dia langsung memeluk tubuhku yang masih sedikit berkeringat
dan sangat bau ini.
“Selamat ya, I’m so proud of you honey!”, wah dia menyebutku ‘honey’.
Kusambut rangkulannya dan kukecup pipinya. Kawan-kawanku yang juga
telah sampai finish bersorak dan mulai berkomentar sirik. Kita
tersenyum aja cuek. Kugandeng Dian berdiri melangkah pergi, “Mau nyari
air dulu ya, rek!”, dalihku. “Banyu opo rek, nggali sumur tah?”, goda
Guntur, dasar arek Suroboyo gendeng sitok iki. Untung si Dian cuek.

Akhirnya kita menuju ke tepian danau tempat beberapa kano tergeletak
setelah dipakai lomba beberapa hari lalu. Kebetulan tempatnya sepi,
panitia sibuk ngurusin kawan-kawan yang belum sampai finish serta
peserta yang rewel dan cedera. Sebagian peserta juga sibuk godain promo
girl yang nyebarin refreshments buat mereka. Akhirnya kita duduk berdua
di sebuah tenda kubah tempat perlengkapan air disimpan. Karena sebagian
perlengkapan tadi dipakai event maka tempatnya agak longgar. Wah asik
juga dari luar pasti tak ada yang curiga. Dian senyum senyum aja sambil
sesekali membersihkan mukaku dengan handuk kecil yang sudah dibasahi,
tak lupa dia membersihkan luka di paha kananku. Saya lalu membuka
ventilasi tenda, karena walapun di bawah pahan mulai agak panas juga.
Kulepas kaus kutungku dan kubersihkan tubuhku dengannya. Dian
memandangiku dengan senyum simpul, matanya mengikuti segenap gerakanku.

Kubalas tatapannya dengan senyum pula. Damai sekali terasa. Gadis ini
memang memiliki pandangan yang menyejukkan. Walaupun tubuhnya sangat
sexy namun kepolosan wajahnya bisa membuat lelaki sejenak tidak
berpikir ke arah ‘itu’ (tapi sejenak aja lho hehe). Kubelai lembut
rambutnya yang kini tergerai setelah topinya dilepas. Indah sekali,
sedikit ikal dan kemerahan, sesuai dengan matanya yang bening coklat..
Ah tak tahan lama-lama, kutarik tengkuknya dan kukecup bibirnya lembut,
“Katanya mau ngasih hadiah”, tanyaku penuh harap (ngeres sih), “Apaan
sih hadiahnya? Istimewa kan?” sambungku sambil tersenyum nyengir kuda.
Tiba-tiba Dian melepaskan pelukanku lalu meraih kebelakang tengkuknya.
Kupikir ia hendak melepas BH eh salah, ternyata ia melepaskan kalung
kulit yang melingkari leher putih jenjang indahnya. Kemudian ia
menyuruhku menunduk dan mengalungkannya padaku. Kulihat liontinnya dari
logam berbentuk lumba-lumba.
“Kalung ini aku dapat dari Kanada, kata saudaraku di sana lumba-lumba
itu simbul penjelajah bumi menurut kaum Indian di sana, elu tuh
petualang gue”, jelasnya. Saya mengangguk-angguk dan mengucapkan terima
kasih. Namun mungkin tersirat juga di wajahku pandangan berharap konak
gak jadi.
“Nah, yang ini bonusnya Jay!”, tiba-tiba Dian bangkit dan duduk di
pangkuanku menghadap wajahku. Dirangkulnya leherku lalu dikulumnya
bibirku. Wah, kaget nikmat juga nih, dan si Jenderal pun menabuh
genderang perang. Dengan tangkas Dian melepaskan kaus ketatnya dan BH
katun putih tipisnya. Jadi kita sekarang tinggal bercelana pendek dan
bersepatu sport.

Susunya yang putih besar itu menantang sekali, putingnya pink dengan
areola sebesar logam seratusan lama. Ujung putingnyameruncing kecil
membuatku tak tahan untuk segera mengulumnya. Kutangkap kedua susunya
dan kuremas satu sama lain sambil bergantian kukulum kedua putingnya.
Dian mengerang dan menggelinjang. Tangannya menyusuri tengkukku
mengusap dan menjambak rambutku. Tak lama kemudian kembali kukulum dan
kulumat bibir indah Dian sambil memeluknya erat sehingga dadanya
tergencet dadaku yang kekar. Kedua telapak tanganku bergerak menyusup
masuk ke dalam celananya meremas kedua bongkah daging mulus yang
tersimpan dibaliknya. Dian mengerang dan terus menggelinjang diatas
pahaku sehingga membuat gesekan dengan si Jendral yang makin keras aja
(maklum udah 2 minggu gak dapet mecky maupun coli).

Perlahan kurebahkan tubuh Dian ke sampingku. Dalam posisi begini Dian
tampak cantik sekali. Susunya yang besar tampak mengembang ke samping
dan naik turun seiring desahan nafasnya. Tangannya tergeletak ke atas
bersama beraian rambutnya yang membuatnya makin feminin. Saya merunduk
dan mengecupnya sembari telapak kananku menyusup menuju kawasan
sensitifnya, sebelumnya dengan terampil kulepaskan kancing dan
ritsluiting nya. Perutnya berkeringat, tapi terasa dingin, dasar emang
cewek langsing begini pasti biarpun panas berkeringat, tetap aja
tubuhnya sejuk menyegarkan. Jemariku terus berkelana memasuki tepian
CD-nya yang berenda hmm cukurannya rapi juga.
“Jay, jangan pakai tangan ya say, kan kotor, ntar gue keputihan”,
tiba-tiba Dian menghentikan tanganku untuk masuk lebih jauh. Iya sih
gak tahu kan kuman apa aja yang nempel di tubuh dekil saya. Akhirnya
kuraba aja garis meckynya dari luar celana dalam katunnya. Karena dari
bahan katun, cepat saja cairan cintanya membasahi permukaan CD-nya.
Langsung aja saya berinisiatif memelorotkan celana pendek merah
sekaligus CD putihnya (nurunin bendera dong?). Dian mulai mendesah
sambil matanya terpejam, kepalanya mendongak ke atas dan bibir bawahnya
digigitnya lembut menahan desahan gairahnya. Kupandangi bidadari
cantikku ini. Badannya yang bugil putih mulus berkeringat mengkilat
memantulkan warna biru tenda (bukan lagunya Desy lho!). Secepat kilat
kupelorotkan celana pendek Reebok hitamku, tentu sekaligus CD sportku
(celana renang Speedo). Kini tubuh kita sama-sama bugil kecuali sepatu
lari kita. Wah jadi ingat pas di Jerman sama si Tiffany dari Quebec.
Lalu kurebahkan tubuhku tengkurap diatas badan Dian, dada kita
bersentuhan namun badanku masih kutopang dengan kedua tanganku. Si
Jendral bergesekan lembut dengan bibir mecky Dian yang mulus tercukur
rapih. Dari cukurannya kayaknya dia bukan virgin lagi nih.
“Elu yakin gak, Dian? Kita kan baru kenal.Gue gak mau ngambil perawan
elu, Dian”, bisik gue sok muna. Dian gak menjawab tapi tersenyum aja
sambil matanya dikedipin seakan menganguk mengerti akan sikapku.
Herannya cowok kalo bersikap gentle gini malah dapet lho biasanya, tapi
ada juga sih cewek doyan dikasarin.
“Gue juga pengen kok, Jay. Gue suka ama elu.”, bisik Dian kemudian
sambil tangannya turun mencari si Jendral. Herannya walaupun si Jendral
udah sembunyi diantara lembah pahanya Dian masih aja ketemu. Dasar
Jendral suka sembunyi tapi pasti ketahuan deh. Digenggamnya lembut si
Jendral sambil perlahan mengocoknya naik turun dalam ritme yang pelan
sekali.

Saya gak tahan lagi deh, buru-buru saya memelorotkan badan ke bawah
untuk kemudian kubenamkan lidahku ke celah mecky Dian. Dian nampak
terkejut nikmat dan spontan menjambak rambutku. Kuteruskan sejenak
hingga basah banget, aroma wanginya terasa menyengat dan asin, mungkin
karena berkeringat. Panasnya udara di dalam tenda makin panas aja.
Perlahan kuberanjak naik ke perutnya, kususuri sekeliling pusarnya
dengan jilatan kucing lembut, lalu naik ke dadanya yang membusung
karena diremas tangannya. Hmm bukit runcing kembar ini lembut sekali,
kalo semalam saya kurang jelas melihatnya karena gelap kini tampak
jelas putingnya yang memang pink tegak runcing bagaikan ujung hapusan
pencil. Dian menikmatinya sambil mendesah dan menggelinjang. Dia tak
mau kalah, dijepitnya si Jendral yang panas dengan pahanya lalu
digeseknya perlahan. Dari sini kuyakin bahwa ia bukan perawan, habis
tekniknya mahir sekali. Semoga meckynya tidak longgar, pikirku.

Tak lama kemudian Dian menarikku keatas dan kitapun berciuman mendalam
sekali. Basah. Itulah kata yang tepat menggambarkan keadaan kita berdua
saat itu. Luar-dalam baik oleh keringat maupun cairan gairah kita. Dian
lalu meraih si Jendral dan menuntunnya menuju lobang meckynya.
Disibaknya labia mayoranya dengan palkonku lalu blesek, dengan lambat
tapi lancar si Jendral memasuki dunia basah yang amat disukainya.
Walaupun terasa agak longgar namun enak juga mecky si Dian. Terasa
hangat dan licin sekali. Kupercepat goyanganku wah ternyata meckynya
nyedot juga. Tapi tidak empot-empot kayak punya si Hwa-hwa. Biasa aja
tapi ya enak dong, mana ada sih ML gak nikmat. Yang bikin istimewa dari
si Dian ialah kecantikannya yang semakin bersinar dan tubuhnya yang
ideal sekali dipegang. Gerak tubuhnya ritmis bukti kerajinannya
ber-aerobik. Sembari kakinya disilangkan dibelakang pantatku, pantatnya
bergoyang mengikuti irama pompaanku. Enaknya ngentotin bidadari.

Sekitar 20 menit berlalu dan sayapun mulai merasakan palkon saya mulai
berkedut.
“Dian honey, gue mau keluar nih”, ucapku cemas,” dicabut dulu yah,
ganti posisi”.
Tanpa disuruh dua kali Dian langsung membalik tubuhnya dan nungging.
Pantatnya indah luar biasa, labia mayoranya yang tebal tampak
merangsang sekali dari belakang. Hmm, langsung aja kugesekkan kembali
palkon saya pada celah meckynya dan slep, kali ini semakin licin aja
namun terasa banget panasnya meckynya meningkat. Dengan liar Dian
menggoyang pantatnya maju mundur kiri kanan memutar. Sejenak saya diam,
kubiarkan ia menikmati ritme sesuai keinginannya, namun lambat laun
gerakannya mulai lemah. Langsung aja kupegang pinggangnya yang langsing
licin dan kubenamkan dalam-dalam si Jenderal, lalu dengan ritme teratur
kusodok dalam sekali. Dian meronta dan mulai terjerembab ke depan. Ah
sekalian aja kutindih tubuhnya dari belakang, pompaanku pun makin cepat
dan akhirnya sampailah. Kucabut cepat dan kujepitkanbatang si Jendral
pada celah pantat dan crrt… crrttt… spermaku melesat membasahi
punggungnya bahkan sebagian sampai ke rambutnya. Kupeluk ia sambil
badanku rebah ke samping. Ah capai sekali saya habis triathlon gitu
langsung ML dengan gadis sexy yang liar ini. Masih untung saya bisa
konak sepanjang permainan.

Setelah itu kita berbenah dan cepat keluar dari tenda, masih sepi, ah
aman deh pikirku. Lalu kita bergandengan menuju base camp. Ternyata
sedang ada briefing penutup sebelum sorenya kita semua berangkat
kembali ke Jakarta. Melihat kita berdua mesra bergandengan gitu, Mr.
Kim bossnya, meledek kita. Teman-temanpun bersorak. Kulihat Dian
tersipu malu. Ah, bidadariku ini, saya masih hutang O padamu.

Sore itu kita kembali ke Jakarta terpisah, Dian dengan kendaraan
panitia, saya naik bus mini bersama rekan petualang lain. Karena
kupikir di Jakarta kita masih bisa ketemu maka saya gak sempat tukeran
alamat. Ternyata dugaanku salah, kita langsung dibawa ke Gambir dan
Pulo Gadung. Saya lalu naik Senja Utama bisnis kembali ke Yogya.
Perasaanku menyesal sekali, pingin rasanya tinggal di Jakarta beberapa
hari lagi namun ternyata kita sudah dipesankan tiket pulang sesuai cara
kita datang. Ya sudah, kawan-kawanku berusaha menghibur namun tetap
saja sedih hatiku. Kalau saja ada waktu dan kesempatan mungkin
pertemuanku dengan Dian bisa menjadi love at first sight tuh. Namanya
jodoh, susah ketebaknya. Kalaupun ada keajaiban dan Dian membaca cerita
ini, wah kayaknya cepet-cepet kontak gue deh. Miss you so much! Emang
bukan nama sebenarnya yang gue pake, tapi kalau elu baca secara
mendetil pasti elu bakalan ingat deh. Dari tempat ama waktunya aja elu
pasti inget deh ya.Yah gue realistis aja, gak berharap banyak, anggep
aja sebuah pertemuan antar teman lama, kayanya seru, kan? Buat rekan
Adventure yang inget gue kirim juga deh, terutama yang berangkat.

TAMAT

gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

vino 20 May, 2013


-
Source: http://teman-onani.com/birthday-adventure/
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Birthday Adventure
About
Birthday Adventure - written by CEMUNGUE EEEAAAA!! , published at 05.03, categorized as Cerita Sex . And has 0 komentar
0 komentar Add a comment
Bck
Cancel Reply